Automisasi pengambilan data produksi dengan mulai banyaknya sumur yang telah memasang permanent downhole gauge dan aplikasi supervisory control and data acquisition (SCADA), memudahkan engineer dalam mendapatkan data secara real time.
Traditional method seperti decline curve kadangkala memprediksi performa reservoir dengan beberapa forecast berbeda yang sepertinya meyakinkan. Serta penggunaan DCA terbatas dan tidak bisa digunakan pada sumur yang memasang choke , “Even if you do have a reasonable DCA forecast, a change in operating conditions means the forecast is no longer valid and a new analysis is required” , disinilah RTA mengambil tempat , bahkan bisa digunakan pada kondisi well yang berproduksi konstan.
Selanjutnya, diagnosa terhadap reservoir umumnya menggunakan PTA sebagai metode analisis, hasil PTA sangat memuaskan tetapi pengambilan data dengan melakukan shut in well ini menjadikan metode ini terasa mahal untuk dilakukan.
RTA melakukan analysis seperti PTA, dengan menggunakan data produksi yang didapat secara real time, diagnosa kondisi reservoir dapat dilakukan jauh lebih murah dan praktis, seperti : -Original fluids in place and reserves -Production optimization potential -Drainage area -Infill potential -Permeability and skin -Stimulation effectiveness -Flow regimes -Pressure support -Well interference
Juga RTA lebih bagus daripada PTA dalam menganalisa reservoir dengan permeability rendah, dimana saat dilakukan shut in, kondisi reservoir sangat lama tercapai. Dengan hanya mengolah data produksi, RTA jauh lebih praktis dan murah dibandingkan dengan simulasi numerik lainnya.
Sama seperti PTA, RTA juga memiliki type curve yang dapat digunakan untuk mendiagnosis kondisi reservoir dengan hanya menggunakan grafik yang bersifat dimensionless, diantaranya adalah: -blessingame type curve -Agarwal-Gardner type curve -NPI type curve
Beberapa software RTA diantaranya: KAPPA Toppaze IHS harmony
Σχόλια